Kamis, 11 Juni 2015

MANTAN



PENGERTIAN MATAN
Secara bahasa berarti “Maashaluba wartafa’aminal ardhi” yaitu sesuatu yang keras dan tinggi (terangkat) dari bumi  (tanah). Secara terminologi, matan berarti esuatu yang terakhir padanya terletak sesudah sanad yaitu berupa perkataan.
a.       Sebab-sebab terjadinya kandungan matan
Yang dimaksud dengan kandungan matan adalah teks yang terdapat didalam matan suatu hadist mengenai suatu peristiwa, atau pernyataan yang disandarkan kepada rosululloh SAW atau tegasnya kandungan matan adalah redaksi dari suatu hadist.
Sebab-sebab terjadinya kandungan matan meliputi:
1.      Periwayatan hadist secara makna (riwayat bil makna).
riwayat bi al-ma’na yaitu meriwayatkan hadist dengan lafadz yang disusun perawi sendiri sesuai dengan makna yang dicakup oleh ucapan, perbuatan dan takrir ataupun sifat Nabi.  riwayat bi al-ma’na merupakan sebuah proses periwayatan dengan redaksi yang sedikit berbeda dengan yang didengar dari Rasul SAW namun dengan substansi makna yang tetap sesuai dengan maksud yang disampaikan oleh Rasul SAW. olongan yang membolehkan ini beralasan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Sulaiman yang mengatakan ia bertanya kepada Rasul, yang artinya: “Hai Rasulullah, sesungguhnya saya mendengar hadis darimu tetapi saya tak sanggup meriwayatkannya menurut apa yang saya dengaryang bisa menambah atau menguranginya barang sehuruf. Maka nabi bersabda : Apabila engkau tidak sampai menghalalkan yang haram dan tidak sampai  mengharamkan yang halal serta maknanya tepat, maka hal itu tak  apa-apa.” [7]
Meskipun demikian, para sahabat sangat berhati-hati dalam melaksanakannya. Ibnu Mas’ud misalanya, ketika ia meriwayatkan hadis, ia menggunakan term-term tertentu untuk mengutkan penukilannya, seperti dengan kata qala rasulullah Shallahu alaihi wasallam hakadza (rasulullah SAW. Telah bersabda begini) atau qala Rasulullah shallallahu alaihi wasallam qariban min hadza.
Dalam perkembangannya periwayatan hadis dengan makna mengakibatkan munculnya hadis-hadis yang redaksinya antar satu hadis dengan hadis lainnya berbeda-beda, meskipun maksudnya dan maknanya tetap sama.
Contoh hadis riwayah bil-ma’na
فعن عو ف بن ما لك ر ضي ا لله عنه قا ل قا ل ر سو ل ا لله صلى ا لله عليه و سلم : "ا  فتر قت ا ليهو د على احد ى و سبعين فر قة فو ا حد ة في ا لجنة و سبعو ن في ا لنار, وافتر قت النصارى على ثنتين وسبعين فرقةفاحدى وسبعين فرقة في الناروواحدةفي الجنة, والذي نفس محمدبيده لتفترقن امتي على ثلاث وسبعين فرقة, واحدةفي الجنةواثنتان وسبعون في النار" قيل:يارسوالله,من هم؟قال:"الجماعة"[17] (رواه ابن ماجه)[18]
عن عبد الله بن عمرو: "ا  فتر قت ا ليهو د على احد ى و سبعين فر قة فو ا حد ة في ا لجنة و سبعو ن في ا لنار, وافتر قت النصارى على ثنتين وسبعين فرقةفاحدى وسبعين فرقة في الناروواحدةفي الجنة, والذي نفس محمدبيده لتفترقن امتي على ثلاث وسبعين فرقة, واحدةفي الجنةواثنتان وسبعون في النار". قلوا: ومن هي يارسول الله؟ قا ل: "ما انا عليه واصحابي"[19]. (رواه الترمذي)[20]
Pengertian Riwayat Bi Al-Lafzh.
riwayat bi al-lafzh dimaksudkan adalah periwayatan hadist dengan menggunakan lafadz sebagaimana Rasulullah SAW tanpa ada penukaran kata, penambahan dan pengurangan sedikitpun walaupun hanya satu kata. riwayat bi al-lafzh  sering juga disebut dengan periwayatan secara lafzhi  Munzier Suparta memberikan terminologi  periwayatan lafzhi adalah periwayatan hadis yang redaksinya atau matannya sama persis seperti yang diwurudkan Rasul SAW dan hanya bisa dilakukan apabila di hafal benar apa yang disabdakan Rasul SAW.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat penulis simpulkan bahwa pengertian  tentang   riwayat bi al-lafzh yaitu redaki suatu hadits yang diriwayatkan  tersebut sama persis seperti yang disampaikan rasulullah.
4.                                                          contoh hadis yang diriwayatkan dengan lafaz (riwayat bi al-lafz)
                                                                         - Riwayat Abu Daud

حدثنا أبو بكر بن ابي شيبة حدثنا أبو خالد وأبن نمير عن الأجلح عن أبي اسحق عن البراء قال قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم ما من مسلمين يلتقيان فيتصافحان الّا غفر لهما قبل أن يفترق


“ Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Saibah, menceritakan kepada kami Abu Khalid dan Ibnu Numair dari al-Ajlah dari Abu Ishaq dari al-Bara’, ia berkata Rasulullah SAW. bersabda : Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu berjabat tangan kecuali Allah akan memberi ampunan kepada keduanya sebelum mereka berpisah” (HR. Abu Daud







Tidak ada komentar:

Posting Komentar